Hubungi Klinik Gigi Az-Zahra
WA 0821 3485 1327
Kedelai memiliki nilai gizi, terutama
protein, hampir sama dengan sumber protein hewani, seperti daging, ikan,
susu, dan telur. Selama puluhan tahun kedelai diandalkan sebagai sumber
protein sebagian besar penduduk Indonesia. Kenaikan harga kedelai kini
mengancam kecukupan protein penduduk golongan menengah bawah.
Berbagai referensi menunjukkan, kedelai kaya akan vitamin, terutama
vitamin A dan vitamin B kompleks, serta berbagai mineral penting seperti
zat besi, fosfor, seng, magnesium, kalsium. Kedelai menjadi sumber asam
amino esensial pembentuk protein yang diperlukan tubuh.
”Kandungan asam amino kedelai hampir setara dengan asam amino yang
terkandung dalam produk hewani, hanya kalah pada asam amino metionin dan
sistin,” kata Nelis Imanningsih, peneliti pada Pusat Biomedis dan
Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Senin (2/9), di Jakarta. Asam amino yang tinggi pada kedelai antara lain
isoleusin, leusin, lisin, fenilalanin, valin, dan arginin.
Kandungan fitoestrogen, dalam hal ini ganestein dan deidzein, pada
kedelai merupakan komponen bioaktif yang memiliki fungsi fisiologis
seperti estrogen untuk membantu penyerapan kalsium pada perempuan
premenopause maupun menopause untuk mempertahankan massa tulang,
sehingga mencegah osteoporosis.
Kedelai mengandung asam lemak tak jenuh majemuk (PUFA) yang bersifat menurunkan kadar kolesterol.
Hal serupa dikemukakan Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian
Bogor, Made Astawan. Kedelai mengandung antioksidan yang mampu menangkal
radikal bebas sehingga bisa mencegah berbagai penyakit degeneratif
seperti kanker, hipertensi, dan diabetes serta penuaan dini.
Jika kedelai difermentasi dengan kapang Rhizopus sp menjadi tempe,
asam amino dalam kedelai akan terurai menjadi rantai lebih pendek
sehingga mudah dicerna.
Nelis menuturkan, peptida kedelai memiliki efek hipokolesterolemik
(menurunkan kolesterol). Selain itu, akibat fermentasi, timbul vitamin
B12 sebagai hasil metabolit dari kapang yang berperan dalam fermentasi
tempe. ”Vitamin B12 biasanya hanya ada pada produk hewani, tapi khusus
pada tempe ada,” kata Nelis.
Menurut Astawan, tempe yang puluhan tahun menjadi sumber protein
murah bagi penduduk Indonesia kini sudah go international. ”Saat ini
tempe sedang dalam tahap ke 5 dari 8 tahap untuk mendapatkan Codex
(standar internasional untuk suatu produk) Tempe. Diharapkan tahun 2015
sudah ada Codex Tempe,” kata Astawan.
Masalahnya, lanjut Astawan, sekitar 70 persen kedelai di Indonesia
diimpor, hanya 30 persen produk lokal. Jika kedelai tidak terjangkau
produsen tempe dan tahu, ini bisa mengancam kecukupan protein
masyarakat.
Astawan menyatakan, ada sejumlah kacang-kacangan yang memiliki nilai
gizi mendekati kedelai, misalnya kacang komak (Lablab purpureus),
kecipir, kacang koro. Namun, jumlahnya tidak banyak di pasaran. Selain
itu, kata Nelis, jika kacang itu dibuat tempe, perlu waktu untuk
diterima masyarakat secara luas.
Langkah terbaik, menurut keduanya, dalam jangka panjang meningkatkan
produksi kedelai lokal. Dalam jangka pendek, pemerintah sebaiknya
mengimpor kedelai untuk meningkatkan keterjangkauan penduduk.
SUMBER : health.kompas.com/read/2013/09/03/0846345/Kedelai.Cegah.Penyakit.dan.Penuaan.Dini
Kami selalu mengembangkan pelayanan
Praktek Dokter Gigi Di Jogja untuk kepuasan anda.